PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS MELALUI METODE AKTIF
PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS
MELALUI METODE AKTIF
Monika Rio Apriana, NPM 16321028
PBI, FKIP, Universitas PGRI Madiun
e-mail: monikaapriana76@gmail.com
Abstrak
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan
pembelajaran keterampilan bahasa Inggris melalui metode aktif.
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini
adalah metode aktif yang digunakan dalam
upaya peningkatan keterampilan berbicara bahasa Inggris pada siswa.
Kajian teori pada makalah ini diperoleh dari
beberapa sumber buku tentang Keterampilan Berbicara dan Pembelajaran Aktif
maupun Pembelajaran yang Inovatif.
Hasil penulisan menunjukkan bahwa metode aktif dalam
upaya meningkatkan kemampuan keterampilan berbicara bahasa Inggris merupakan
alternatif dalam proses belajar mengajar.
Metode ini dibuat dengan berbagai cara seperti halnya macam-macam aktivitas
misalnya aktivitas visual, lisan, mendengarkan,
dan gerak. Adapun juga metode lain misalnya perbaikan keterlibatan kelas,
peningkatan keterlibatan siswa, menarik
minat siswa, menarik dan mengarahkan
perhatian siswa, dan membangkitkan motivasi siswa. Tujuan makalah ini dibuat
untuk untuk mendeskripsikan pembelajaran aktif dalam keterampilan berbicara sebagai upaya
peningkatan kemampuan berbicara bahasa
inggris melalui metode aktif. Keterampilan berbicara bahasa Ingrris sangat
diperlukan demi meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik.
Kata Kunci : Keterampilan Berbicara, Bahasa Inggris, Metode
Aktif.
LEARNING SKILL SPEAK ENGLISH THROUGH ACTIVE METHOD
Abstract
This paper aims to describe learning
English skills through active methods.
The method used in the writing of
this paper is an active method used in an effort to improve students' English
speaking skills. The theoretical studies obtained in this paper are derived
from several sources of books on Speaking Skills and Active Learning as well as
Innovative Learning.
The
results of the study indicate that the active method in improving the ability
of English speaking skills is an alternative in teaching and learning process.
This method is made in various ways as well as various activities such as
visual activity, oral, listening, and motion. As for other methods such as
improving class involvement, increasing student involvement, attracting
students, attracting and directing students' attention, and generating student
motivation. The purpose of this paper is to describe active learning in speech
skills as an effort to improve the ability to speak English through active
methods. English speaking skills are needed to improve the quality of education
better.
Keywords: Speaking Skills, English, Active
Methods.
PENDAHULUAN
Menurut Galda dalam
Supriyadi, (2005:10) keterampilan berbicara merupakan inti dari proses
pembelajaran bahasa disekolah, karena dengan pembelajaran berbicara siswa dapat
berkomunikasi di dalam maupun diluar kelas sesuai dengan perkembangan jiwanya.Pembelajaran
keterampilan berbicara penting diajarkan karena dengan keterampilan itu seorang
siswa akan mampu mengembangkan kemampuan berfikir, membaca, menyimak dan menulis. Kemampuan berfikir tersebut akan
terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, dan menyederhanakan
pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.
Keterampilan berbicara bahasa
Inggris bukanlah suatu hal yang sederhana yang dapat dipelajari dengan mudah
dalam waktu yang singkat, karena keterampilan
ini menuntut lebih dari sekedar pengetahuan tentang tata bahasa dan
kaidah-kaidah semantik, atau strategi pengajaran yang tepat dan menuntu banyak
latihan dan kesempatan berbicara. Keterampilan bicara dalam bahasa Inggris
perlu dikuasai dengan baik karena
keterampilan ini merupakan suatu indikator bagi keberhasilan seseorang dalam
belajar bahasa Inggris.
Pengertian
berbicara adalah salah satu kemampuan dalam berbahasa dan berkomunikasi. Dalam memeroleh
keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang
teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian
berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis.
Sedangkan
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi Artikulasi atau kata-kata
untuk mengepresikan, menyatakan, atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan. (Taringan, Henry Guntur, 1979: 16)
Pada saat ini kita sedang menghadapi
pengaruh kehidupan di era global. Sekarang penduduk negara lain semakin mudah
memasuki negara kita untuk berinteraksi dan berbisnis serta beraktivitas lain.
Hal ini didukung dengan dimulainya Masyarakat Ekonomi Asean MEA), Asia Pacific
Economi Cooperation (APEC), dan kerja sama dengan negara-negara di benua Afrika
sesuai dengan semangat yang dihasilkan dalam konferensi Asia-Afrikadi Bandung.
Kedatangan penduduk, terutama ahli
(expert), dari negara lain sangatlah bermanfaat. Tidak hanya kita dapat
mempelajari ilmu, teknologi, dan informasi terkini yang semakin maju dan
canggih, namun juga mempermudah akses kerja sama di bidang ekonomi, kebudayaan,
dan pendidikan demi kesejahteraan bersama.
Untuk menghadapi perubahan tersebut,
kita perlu bersiap dengan melengkapi diri melalui sarana dasar yang sangat
berarti, yaitu komunikasi. Dengan komunikasi dalam konteks ini, diperlukan
keterampilan berbicara bahasa inggris yang baik. Tidak cukup dengan komunikasi
pasif (satu arah), tetapi harus komunikasi aktif (dua arah) agar kita tidak hanya mendengar dan menerima begitu saja apa
yang dikatakan orang lain. Kita harus dapat memberikan tanggapan atau komentar
(feedback) atas apa yang dikatakan lawan bicara. Apapun umpan balik yang kita
berikan akan menunjukkan bahwa kita memilik harga diri. Kita patut daat
menjawab, bukan hanya pertanyaan, tetapi semua pertanyaan yang dilontarkan
kepada kita.
Salah satu alat komunikasi yang kita
miliki tidak sekedar menggunakan ponsel cerdas (smartphone) atau pun komputer
yang canggih, tapi juga kemampuan berbicara bahasa yang baik. Supaya kita dapat
berinteraksi dengan bangsa lain maka kita perlu menguasai bahasa asing. Salah
satu bahasa asing yang sudah jamak dipakai adalah bahasa Inggris. Karena bahasa
Inggris merupakan bahasa Internasional
yang digunakan sebagai alat komunikasi.
Dengan kemajuan teknologi informasi
yang selalu berkembang setiap saat, melalui penguasaan bahasa Inggris dan
kemampuan keterampilan berbicara bahasa
Inggris dapat membantu generasi penerus bangsa dalam mengahadapi
globalisasi.
Oleh karena itu kemampuan berbicara
dalam bahasa inggris sangat diperlukan. Karena bahasa inggris adalah bahasa
internasional yang digunakan sebagai media komunikasi diberbagai negara. Hal
ini menyebabkan diperlukannya metode aktif dalam belajar bahasa inggris guna
meningkatkan kemampuan berbicara bahasa inggris.
Untuk mengatasi masalah
tersebut, diperlukan model pembelajaran
dengan metode aktif. Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya memberikan
kesempatan yang cukup kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.
Dengan keaktifan ini siswa akan lebih dapat memahami, mendalami dari pengalaman
yang ia peroleh dengan keaktifannya.
Pengertian
pembelajaran aktif sendiri adalah istilah payung bagi berbagai model pembelajaran
yang berfokus kepada siswa sebagai penanggung jawab belajar. Semula memang
istilah pembelajaran aktif dipergunakan baik baik bagi pembelajaran aktif yang
mandiri, maupun pembelajaran aktif yang bersifat kolaboratif. Namun akhir-akhir
ini semakin mengerucut kecenderungan memaknai pembelajaran aktif hanya sebagai
pembalajaran aktif yang kolaboratif.
Istilah
pembelajaran aktif dalam konteks kolaboratif awalnya dipopulerkan oleh Bonwell
dan Eison (1991) dalam laporannya di hadapan The Association for the Study of
Higher Education (ASHE). Namun menurut Mayer (2004), strategi meneyerupai
pembelajaran aktif ini sebenarnya sudah dikembangkan lebih dahulu oleh para
ahli pendidikan di Perguruan Tinggi yang mengemukakan konsep pembelajaran
berbasis penemuan (discovery learning), waluapun istilah pembelajaran aktif
sendiri belum digunakan.
Pada
makalah ini metode aktif merupakan metode pembelajaran aktif yang menitik
beratkan siswa dalam proses belajar yang akan mempengaruhi dalam peningkatan kemampuan
keterampilan berbicara siswa..
Dalam
upaya peningkatan kemampuan berbicara bahasa inggris diperlukan komponen-komponen
yang saling mendukung, baik dari siswa maupun dari guru.
METODE
Dalam
upaya peningkatan kemampuan berbicara bahasa Inggris dengan metode aktif, aktifitas
belajar murid dalam proses mengajar sangat diperlukan. John Dewey sebagai toko
pendidikan, mengemukakan pentingnya prinsip ini melalui metode dengan semboyan learning by doing. Bahkan jauh
sebelumnya para tokoh pendidikan lainnya seperti Rosseau, Pestalozi, Frobel,
dan Montessory telah mendukung prinsip aktivitas dalam pengajaran ini. Aktivitas
belajar murid yang dimaksud ini adalah aktifitas jasmaniah maupun aktivitas
moral. Aktivitas belajar murid dapat digolongkan kedalam beberapa hal, yaitu:
a. Aktivitas
visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen dan
demonstrasi.
b. Aktivitas
lisan (oral activity) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi,
menyanyi.
c. Aktivitas
mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru,
ceramah, pengarahan.
d. Aktivitas
gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis
e. Aktivitas
menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat.
Setiap
jenis aktivitas tersebut diatas memliki standart atau bobot yang berbeda
bergantung pada segi tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Yang jelas, aktivitas
kegiatan belajar murid hendaknya memiliki kadar atau bobot yang lebih tinggi
Berikut
ini dikemukakan sistem belajar mengajar yang merupakan salah satu upaya dalam
menciptakan belajar mengajar yang efektif dan efisien, yakni dengan sistem
belajar siswa aktif atau CBSA. (Daryanto dan Mulyo Rahardjo, 2012: 1).
Cara lain untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterlibatan atau keaktifan siswa dalam belajar adalah sebagai
berikut:
a. Perbaikan
Keterlibatan Kelas
1) Abadikanlah
waktu yang lebih banyak untuk kegiatan-kegiatan belajar mengajar.
2) Tingkatkan
partisipasi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan menuntut
proses yang aktif dari siswa. Gunakan berbagai teknik mengajar, motivasi serta
penguatan (reinforcement).
3) Masa
transisi antara berbagai kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan secara
cepat dan luwes.
4) Berikanlah
pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai.
5) Usahakan
agar pengajaran dapat lebih menarik minat murid. Untuk itu guru harus
mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan dan prosesdur pengajaran.
b. Peningkatan
keterlibatan siswa
1) Kenalilah
dan bantulah anak anak yang terlibat. Selidiki apa yang menyebabkan dan usaha
apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi anak tersebut.
2) Siapkanlah
siswa secara tepat. Persyaratan awal apa yang diperlukan anak untuk mempelajari
tugas belajar yang baru.
3) Sesuaikan
pengajaran dengan kebutuhan kebutuhan individual siswa. Hal ini sangat penting
untuk meningkatkan usaha dan keinginan siswa untuk berperan secara aktif dalam
kegiatan belajar mengajar.
Setiap
guru tahu bahwa keterlibatan anak secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar
sangat diperlukan agar belajar menjadi efektif dan dapat mencapai hasil yang
diinginkan. Untuk itu hendaknya guru berusaha menciptakan kondisi ini
sebaik-baiknya dengan berbagai cara yang telah dikemukakan terdahulu.
c. Menarik
Minat Siswa
Kondisi
belajar mengajar yang efektif adalah adanya minta dan perhatian siswa dalam
mengajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seorang.
Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat
seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat
seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya seorang anak menaruh minat
terhadap bidang kesenian, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak
tentang kesenian.
Keterlibatan
siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat sifat murid, baik yang bersifat
kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif seperti
motivasi, rasa percaya.
Wiliiam
james (1890) melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menetukan
derajat keaktifan belajar siswa. Jadi, efektif meruapakan faktor yang
menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
d. Menarik
dan Mengarahkan Perhatian Siswa
Perhatian
bersifat lebih sementara dan ada hubungannya dengan minat. Perbedaanya ialah
minat sifatnya yang menetap sedangkan perhatian sifatnya sementara. Adakalanya
menghilang. Misalnya seorang anak sedang belajar diruang depan , tiba-tiba
adiknya menangis, ia segera mendekatinya. Hilanglah perhatian anak itu terhadap
belajar. Sesudah adiknya diam, ia mulai lagi memusatkan perhatiannya terhadap
belajar. Bila tidak ada perhatian ia tidak mungkin dapat belajar. Jadi,
perhatian itu sebentar hilang, sebentar timbul kembali, sedangkan minat selalu
atau tetap ada. Apabila kita perhatikan dalam kegatan belajar mengajar akan
didapat dua macam tipe perhatian.
1) Perhatian
Terpusat (terkonsentrasi)
Perhatian terpusat hanya tertuju
pada satu objek saja. Miisalnya seorang anak sedang belajar. Ia tidak
memperhatikan adiknya yang menangis. Perhatiannya hanya tertuju kepada
pelajaran. Apapun yang terjadi disekitar itu tidak diperhatikannya dan ia terus
belajar. Dalam kegiatan belajar dikelas, seorang siswa hendaknya menggunakan
perhatian terpusat pada pelajaran sehingga pelajaran yang diterimanya dapat
dipahami dengan baik. Oleh karena itu, guru berusaha untuk memusatkan perhatian
siswa terhadap apa yang disampaikannya. Hal ini dapat dilakukannya dengan
menggunakan berbagai alat peraga pengajaran dalam penyajian materi pelajaran
kepada anak didiknya
2) Perhatian
terbagi (tidak terkonsentrasi )
Perhatian tertuju kepada berbagai
hal atau objek secara sekaligus. Misalnya seorang guru yang sedang mengajar
memperhatikan bahan pelajarannya, memperhatikan setiap murid yang dihadapinya,
dan juga memperhatikan apa yang sedang diucapkannya. Dengan demikian , guru
tidak hanya memperhatikan pelajarannya, tetapi juga harus memperhatikan segala
sesuatu yang terjadi di sekitarnya
e. Membangkitkan
Motivasi Siswa
Motif adalah daya alam diri seorang
yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu atau keadaan seorang atau organisme
yang menyebabka kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif
menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuan atau keadaan.
(Daryanto
dan Mulyo Rahardjo, 2012: 7-9).
PEMBAHASAN
Dalam
upaya peningkatan kemampuan berbicara bahasa Inggris diperlukan kerjasama yang
baik antara siswa maupun guru. Sedangkan kemampuan dalam keterampilan berbicara
bahasa Inggris saat ini dan di masa yang akan mendatang sangat dibutuhkan,
karena bahasa Inggris adalah bahasa Internasional yang digunakan sebagai alat
komunikasi dalam berbagai bidang.
Tujuan
utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan
pikiran secara efektif, pembicara memahi makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.
Apabila kita mempunyai kemampuan berbicara bahasa Inggris yang baik kita
mungkin akan mempunyai bekal dalam masa sekarang dan masa yang akan datang,
seperti saat ini yaitu dengan dibukanyan MEA. Untuk mengatasi masalah
tersebut, diperlukan model pembelajaran
dengan metode aktif. Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya memberikan
kesempatan yang cukup kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.
Dengan keaktifan ini siswa akan lebih dapat memahami, mendalami dari pengalaman
yang ia peroleh dengan keaktifannya. Sehingga dalam peningkatan berbicara
bahasa Inggris dapat menggunakan metode aktif dengan menggunakan Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA). CBSA dapat diartikan sebagai sistem belajar mengajar yang
menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional
untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpanduan antara kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Terkait
hal tersebut, Mc. Keachie dalam buku Daryanto dan Mulyo Rahardjo, (2012: 4)
mengemukakan adanya tujuh demensi implementasi pembelajaran siswa aktif yang
meliputi:
a) Partisipasi siswa dalam menentukan tujuan
kegiatan pembelajaran ;
b) Penekanan
kepad akpek afektif dalam pembelajan;
c) Partisipasi
siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, terutama yang berbentuk
interaksi antar murid ;
d) Penerimaan
guru terhadap perbuatan atau sumbangan siswa yang kurang relevan atau karna
siswa berbuat kesalahan;
e) Keeratan
hubungan kelas sebagaickelompok;
f) Kesempatan
yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan yang penting dalam
kegiatan sekolah ;
g) Jumlah
waktu yang digunakan untuk menangani masalah pribadi siswa, baik yang
berhubungan ataupun yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran.
Sedangkan
menurut K. Yumamoto (Many Faces of Teaching,1969) dalam Daryanto dan Mulyo
Rahardjo, (2012: 4) melihat kadar keafektifan siswa itu dari segi
intensionalitas atau kesengajaan terencana dari peran serta kegiatan oleh kedua
belah pihak (siswa dan guru) dalam proses belajar mengajar. Yumamoto membedakan
keaktifan yang dilakukan sewaktu-waktu
(insidental) dan sama sekali tidak ada keaktifan dari kedua belah
pihak. Ia mengemukakan sembilan derajat
kadar keafektifan siswa yang digambarkan dalam table dibawah ini. Hasil belajar
yang optimal hanya mungkin dicapai apabila siswa dan guru melakukan kegiatan
belajar mengajar secara disengaja dan terarah. Dengan demikian, tujuan
instruksional dapat dicapai dengan tuntas. Sebaliknya, apabila tidak terdapat keaktifan
belajar mengajar pada ppihak guru serta tidak adak keaktifan belajar pada siswa
kegiatan itu bukan lagi kegiatan instruksional, melainkan kegiatan
noninstruksional, mungkin berupa percakapan biasa.
Pengertian
pembelajaran aktif sendiri adalah istilah payung bagi berbagai model
pembelajaran yang berfokus kepada siswa sebagai penanggung jawab belajar.
Semula memang istilah pembelajaran aktif dipergunakan baik baik bagi
pembelajaran aktif yang individual mandiri, maupun pembelajaran aktif yang bersifat
kolaboratif. Namun akhir-akhir ini semakin mengerucut kecenderungan memaknai
pembelajaran aktif hanya sebagai pembalajaran aktif yang kolaboratif.
Menurut
Ali dalam buku Warsono dan Hariyanto, (2012: 8) mengemukakan bahwa belajar
mengajar dapat dikatakan bermakna dan berkadar CBSA bila tersapat ciri-ciri
belajar sebagai berikut:
a)
Adanya keterlibatan
siswa dalam menyusun atau membuat proses pembelajaran.
b)
Adanya keterlibatan
intelektual dan emosional siswa, baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis,
berbuat maupun pembentukan sikap.
c)
Adanya keikutsertaan
siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya
prosespembelajaran.
d) Guru
bertindak sebagai fasilitator dan koordinator kegiatan belajar siswa, dan
mengunakan multi metode dan multimedia.
Esensi CBSA yang diterapkan dalam pelaksanaan
metode aktif dalam upaya peningkatan kemampuan bahasa Inggris yaitu:
1. Belajar
pada hakikatnya merupakan hasil dari proses interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Belajar mengajar sesungguhnya dapat dicapai melalui
proses yang bersifat aktif. Dalam melakukan proses ini siswa menggunakan
seluruh kemampuan dasar yang dimilikinya sebagai dasar untuk melakukan berbagai
kegiatan agar memperoleh hasil belajar. Dalam kaitan ini, Dafit ausubel
menyatakan bahwa ada dua dimensi agar pembelajaran dapat berlangsung secara
aktif, yaitu (a) kebermaknaan bahan serta proses belajar mengajar, dan (b)
modus kegiatan belajar mengajar. Dari sudut pandang teori lain, kebermaknaan
suatu bahan ajar akan semakin meningkat jika bahan ajar tersebut semakin
kontekstual.
2. Hal
penting yang harus dicamkan dalam pendekatan ini adalah usaha untuk
meningkatkan kadar keterlibatan mental siswa setinggi mungkin. Siswa diberi
kesempatan luas untuk menyeret informasi kedalam struktur koniktifnya atau
(asimilasi) atau menyesuaikan struktur kognitifnya (akomodasi) terhadap
informasi-informasi baru yang diperoleh, sehingga tercapai tingkat kebermaknaan
yang setinggi-tingginya. Tentang makna asimilasi dan akomodasi yang terkait
dengan konsep kognitivisme Jean piaget ini, dapat dibaca pada buku belajar dan
pembelajaran teori dan konsep dasar. (Warsono, dan Hariyanto, 2012: 7-8)
Indikator
pelaksanaan CBSA antara lain juga dapat dilihat dari peran guru, peran siswa,
suasana pembelajaran, dan sumber-sumber pembelajaran. Keempat indikator
tersebut dapat dipakai sebagai acuan apakah pendekatan CBSA sudah dilaksanakan
dengan baik atau belum.
Peran
guru dalam CBSA antara lain dapat berupa:
1.
Menyajikan konsep
esensial dari materi ajar.
2.
Mengajukan masalah atau
memberika tugas-tugas belajar kepada siswa.
3.
Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya.
4.
Mengusahakan berbagai
sumber belajar yang relevan.
5.
Mendorong motivasi
belajar anak didik.
6.
Menggunakan metode yang
bervariasidalam pembelajaran.
7.
Melaksanakan penilaian
dan evaluasi keberhasilan program belajar.
(Warsono
dan Hariyanto, 2012: 9).
Peran
siswa dalam CBSA juga diperlukan demi terlaksananya metode aktif dalam proses
pemelajaran untuk peningkatan berbicara bahasa Inggris. Antara lain dapat dideskripsikan
sebagai berikut:
a. Belajar
secara individual maupun kelompok untuk mempelajari dan menerapkan kosep,
prinsip, dan hukum keilmuan.
b. Membentuk
kelompok untuk memecahkan masalah (problem solving).
c. Berpartisipasi
aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
d. Berani
bertanya, mengajukan pendapat, serta mengungkan kritik-kritik yang relevan.
e. Tidak
sekedar melaksanakan pemikiran tingkat rendah(lower order thinking), tetapi
juga melaksanakan pemikiran tingkat tinggi(higher order thinking) seperti
menganalisis, membuat sintesis, melakukan evaluasi. Dan membuat prediksi.
f. Menjalin
hubungan sosial sebagai bentuk interaksi pembelajaran.
g. Berkesempatan
menggunakan berbagai sumber belajar dan media beljar yang tersedia atau dibawanya
sendiri dari rumah sebagai hasil improvisasinya, karena sudah diberi tahu
sebelumnya oleh guru tentang jenis pembelajaran apa yang akan dilaksanakan pada
hari itu.
h. Berupaya
menilai proses dan hasil belajar senidiri, walau tidak secara formal. (Warsono
dan Hariyanto, 2012: 9-10).
Suasana
belajar dalam CBSA diharapkan kondusif dan mendukung pembelajaran karena:
1. Setiap
anak bebas melakukan interaksi sosial dengan peserta didik yang lain.
2. Terjalin
hubungan sosial yang baik antara guru dengan siswa, saling menghormati dan tahu
peran dan posisi masing-masing.
3. Susasana
kelas nyaman dan menyenangkan penuh dengan pajangan (display) karya siswa.
4. Bilamana
diperlukan ada aktivitas pembelajaran diluar aktivitas.
Dari
proses belajar mengajar dengan menggunakan metode aktif, siswa akan lebih bebas
dalam mengutarakan pendapatnya, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbicara
bahasa Inggris.
KESIMPULAN
Pembelajaran
aktif menggunakan metode aktif dapat dijadikan alternatif belajar mengajar
dalam upaya peningkatan kemampuan keterampilan berbicara. Kemampuan berbicara
bahasa Inggris sangat diperlukan untuk perkembangan bangsa Indonesia sendiri
dalam berbagai bidang. Karena bahasa Inggris merupakan bahas Internasional yang
dijadikan salah satu bahasa yang wajib di ketahui dan dipelajari dalam berbagai
kelas masyarakat, baik dari anak kecil maupun orang dewasa sekalipun.
Setiap
kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai target hasil belajar tertentu.
Salah satu target hasil belajar yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran
yaitu siswa dapat berbicara bahasa Ingris yang baik. Keterampilan berbicara bahasa
Inggris perlu dikuasai oleh para siswa karena keterampilan ini secara langsung
berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa dan untuk menghadapi perkembangan
zaman yang semakin maju. Pada saat ini kita
sedang menghadapi pengaruh kehidupan di era global. Sekarang penduduk negara
lain semakin mudah memasuki negara kita untuk berinteraksi dan berbisnis serta
beraktivitas lain. Hal ini didukung dengan dimulainya Masyarakat Ekonomi Asean
MEA), Asia Pacific Economi Cooperation (APEC), dan kerja sama dengan
negara-negara di benua Afrika sesuai dengan semangat yang dihasilkan dalam
konferensi Asia-Afrikadi Bandung.
Keberhasilan belajar siswa dalam
mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh
penguasaan kemampuan berbicara mereka. Siswa yang tidak mampu berbicara
dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Pembelajaran berbicara bahasa Inggris
pada penulisan ini menggunakan metode aktif yang menitik beratkan siswa untuk
selalu aktif. Pada metode ini melibatkan peran siswa untuk melatih kemampuan
berbicara bahasa Inggris secara aktif.
Metode ini
dibuat dengan berbagai cara seperti halnya macam-macam aktivitas misalnya
aktivitas visual, lisan, mendengarkan,
dan gerak. Adapun juga metode lain misalnya perbaikan keterlibatan kelas,
peningkatan keterlibatan siswa, menarik
minat siswa, menarik dan mengarahkan perhatian siswa, dan membangkitkan
motivasi siswa. Tujuan makalah ini dibuat untuk untuk mendeskripsikan
pembelajaran aktif dalam keterampilan
berbicara sebagai upaya peningkatan kemampuan
berbicara bahasa inggris melalui metode aktif. Keterampilan berbicara bahasa
Ingrris sangat diperlukan demi meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik.
Metode yang satu akan melengkapi
metode yang lain. Guru dapat memilih salah satu atau menggabungkan berbagai
metode sesuai dengan kondisi siswa dan tersedianya sarana pendukung lainnya.
Selain itu, guru juga boleh menciptakan model baru dalam pelaksanaan
pembelajaran untuk melatih kemampuan keterampilan berbicara bahasa Inggris.
Pendekatan pengalaman
berbahasa merupakan salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru untuk
meningkatkan kelancaran dalam berbicara di sekolah, karena dalam pendekatan
pengalaman berbahasa, materi dikembangkan oleh guru bersamasama dengan
muridnya secara tatap muka.
Dalam kegiatan pengembangan materi
itu dapat dikembangkan semua keterampilan berbahasa; menyimak atau
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.Dengan paduannya semua
keterampilan dalam suatu kegiatan itu guru dituntut untuk lebih kreatif karena
guru menjadi fasilitator dan koordinator terhadap proses belajar siswa. Karena
kemampuan berbicara terutama berbicara bahasa inggris
pada saat ini dan untuk masa yang akan datang sangat diperlukan. Keterampilan
berbicara bahasa Inggris juga diperlukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
yang lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Ismanthono,
Henricus W. 2016. Kata Pak Lilo:
Menguasai Bahasa Inggris Itu Gampang!. Jakarta: PT Grasindo.
Daryanto
dan Mulyo Rahardjo. 2012. Model
Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
Warsono
dan Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Taringan,
Henry Guntur. 1979. Berbicara sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.
Supriyadi,
dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2,
Jakarat: Depdikbud.
Komentar
Posting Komentar